Memahami perasaan sedih lewat teori ‘5 stages of grief’

2024-11-25 14:47:26

Share Via

Kehilangan seseorang yang kita cintai atau menghadapi peristiwa tragis sering kali memunculkan perasaan yang sulit diungkapkan. Proses berduka adalah hal yang sangat personal, namun ada pola umum yang sering dilalui banyak orang. Salah satu teori yang paling dikenal untuk menggambarkan proses berduka adalah "5 Stages of grief" atau '5 tahap berduka', yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Elisabeth Kübler-Ross pada tahun 1969. Teori ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perasaan dan reaksi emosional yang muncul ketika seseorang berhadapan dengan kehilangan. Apa saja tahap tersebut?

Tahap 1: Penyangkalan (Denial)
Pada tahap pertama ini, kamu mungkin merasa kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kita sayangi telah tiada atau peristiwa yang menyakitkan telah terjadi. Perasaan penyangkalan ini bisa membuat seseorang bertindak seolah-olah apa yang terjadi tidak nyata. Misalnya, mereka mungkin berpikir bahwa orang yang telah meninggal akan kembali, atau merasa bingung dan terkejut tentang peristiwa yang baru saja terjadi. Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan alami yang membantu individu untuk menghadapi kenyataan yang terlalu berat.

Tahap 2: Kemarahan (Anger)
Setelah tahap penyangkalan, muncul perasaan marah yang kuat. Seseorang yang sedang berduka mungkin merasa tidak adil atau kecewa dengan apa yang terjadi. Kemarahan ini bisa diarahkan kepada banyak hal: kepada diri sendiri, orang lain, bahkan kepada Tuhan. Dalam beberapa kasus, orang yang berduka merasa bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil oleh kehidupan atau bahwa peristiwa tersebut terjadi tanpa alasan yang jelas. Kemarahan sering kali muncul sebagai respons terhadap rasa kehilangan yang mendalam dan ketidakberdayaan.

Tahap 3: Tawar-menawar (Bargaining)
Pada tahap ini, seseorang berusaha mencari cara untuk menghindari kenyataan dengan membuat kesepakatan atau berjanji untuk melakukan sesuatu agar rasa sakit bisa berkurang. Tawar-menawar seringkali berbentuk pikiran seperti, "Jika saya bisa mendapatkan waktu lebih banyak, saya akan lebih baik menghargai orang tersebut" atau "Jika saya berubah, mungkin mereka akan kembali." Tawar-menawar adalah usaha untuk mengendalikan situasi yang terasa tak terkontrol dan memberikan rasa harapan di tengah kesedihan.

Tahap 4: Depresi (Depression)
Setelah melewati tahap penyangkalan, kemarahan, dan tawar-menawar, perasaan yang lebih dalam dan berat sering kali muncul. Depresi adalah fase ketika seseorang merasa sangat sedih dan tertekan dengan kenyataan kehilangan tersebut. Mereka mungkin merasa kesepian, kehilangan makna hidup, atau terbenam dalam perasaan putus asa. Pada titik ini, individu mungkin merasa tidak ada jalan keluar atau tidak ada harapan lagi, yang dapat membuat mereka merasa terisolasi dan lelah secara emosional.

Tahap 5: Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan bukan berarti melupakan atau berhenti merasakan kesedihan, melainkan mencapai kedamaian dengan kenyataan yang ada. Di tahap ini, kamu mulai menerima kehilangan atau perubahan yang terjadi dan mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Penerimaan adalah proses yang membawa seseorang ke titik di mana mereka bisa melanjutkan hidup dengan lebih tenang dan dengan pemahaman bahwa perasaan berduka, meskipun tetap ada, tidak lagi menguasai seluruh hidup mereka. Ini adalah tahap yang seringkali membawa kedamaian dan lembar baru dalam hidup kita.


Menghadapi kehilangan adalah perjalanan emosional yang tidak mudah. Lima tahap berduka yang dipaparkan oleh Elisabeth Kübler-Ross dapat memberikan wawasan tentang bagaimana seseorang bisa merespons dan mengolah perasaan mereka selama proses berduka. Dengan memahami tahapan-tahapan ini, kita bisa lebih siap untuk menerima perasaan-perasaan yang muncul dan memberikan dukungan kepada diri sendiri maupun orang lain. Ingatlah bahwa berduka adalah proses yang memerlukan waktu, dan meskipun terasa sangat sulit, kita semua bisa menemukan cara untuk berdamai dengan kenyataan dan melanjutkan hidup.